Laporan Kuliah Kerja Praktek di PT Mitra Kerinci

Erika Putri, Pratiwi and Addin, Akbar (2022) Laporan Kuliah Kerja Praktek di PT Mitra Kerinci. Politeknik ATI Padang.

[thumbnail of Cover] Text (Cover)
Cover - Erika Putri Pratiwi 1912054.pdf

Download (617kB)
[thumbnail of Full Laporan KKP] Text (Full Laporan KKP)
Full Text - Erika Putri Pratiwi 1912054.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

ABSTRAK
Erika Putri Pratiwi . 1912054. Teknik Kimia Bahan Nabati. “Pengaruh ketidakstabilan Suhu terhadap output dan mutu kadar air mesin ECP 1 dan 4 di Pt Mitra Kerinci" . Dosen Pembimbing Addin Akbar MT.
Politeknik Negeri ATI Padang merupakan salah satu lembaga pendidikan vokasi industri dengan program pendidikan selama tiga sampai empat tahun (Diploma III dan Diploma IV) yang terdiri dari 5 program studi dengan dual system, salah satu program studinya adalah Teknik Kimia Bahan Nabati. Dalam mempersiapkan lulusan yang siap pakai dalam dunia kerja maka setiap mahasiswa wajib melaksanakan Kuliah Kerja Praktik (KKP) maksimal 8 bulan pada perusahaan yang dapat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan pada program studi Teknik Kimia Bahan Nabati. Penulis memilih PT. Mitra Kerinci sebagai tempat dari pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik (KKP). Perusahaan ini memiliki dua buah pabrik yaitu baprik pengolahan teh hijau dan pabrik pengolahan teh hitam. Perusahaan ini beralamat di Lubuk Gadang Sangir, Kecamatan Sei. Lambai Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik (KKP) penulis dapat memahami dan mengetahui serta melakukan aktivitas pada kompetensi introduction, transporting (Solid, Liquid and Gas), Heat Transfer, Utilitas, Measurement and Control Technology, Maintenance, Process Control, dan Quality and Efficiency. Pada laporan Kuliah Kerja Praktik ini terdapat tugas khusus yang membahas "Pengaruh ketidakstabilan Suhu terhadap output dan mutu kadar air mesin ECP 1 dan 4 di Pt Mitra Kerinci"
Pada proses pengolahan teh hijau di PT Mitra Kerinci terdapat beberapa proses salah satunya adalah pengeringan. Dalam proses pengolahan pucuk teh segar menjadi produk, pengurangan kadar air sangat penting dikarenakan produk teh yang diinginkan adalah produk teh kering. ECP (Endless Chain Presure) merupakan salah satu jenis alat pengering. Pada PT Mitra Kerinci ini adanya suatu permasalahan pada output teh yang dihasilkan, dimana output pada mesin ECP 1 dan ECP 4 adanya perbedaan kadar air yang cukup tinggi. Pada mesin ECP 1 kadar air pada outputnya terlalu rendah, dimana menurut SOP kadar air di ECP 38-42% tetapi pada mesin ini hanya memiliki kadar air dibawah standarnya. Hasilnya output pada teh terlalu kering, sehingga mengakibatkan pada saat proses pengeringan akhir output teh nya akan menjadi bubuk dan menurunkan grade pekoe yang dicapai, dimana grade pekoe yang dicapai sebanyak 90%, apabila bubuk meningkat maka pekoe akan mengalami penurunan. Dampak lainnya akan menurunkan harga jual pada teh. Sedangkan pada mesin ECP 4 output teh yang dihasilkan terlalu lembab dan memiliki kadar air yang terlalu tinggi. Hal ini mengakibatkan pada saat proses pengeringan akhir akan membutuhkan ekstra tenaga pada mesin dan pekerja, dimana Ball Tea hanya beroperasi maksimal selama 8-15 jam perharinya. Dampak lainnya pada saat penyeduhan rasa teh akan smoky (berbau asap) dan sour (asam). Warna pada seduhan pun akan berubah menjadi yellowish dan reddish. Warna seduhan ini bisa juga disebabkan karena tidak maksimalnya pelayuan di stasiun pelayuan pada rotary panner. Kadar air yang tidak sesuai standar ini disebabkan oleh ketidakstabilan suhu pada mesin pengering dimana, suhu proses pengeringan pada mesin ECP 1 dan 4 seharusnya berada pada rentang 110-130℃, namun kenyataan data yang diperoleh suhu pada ECP 1 dan 4 tidak sesuai dengan standarnya.
Berdasarkan data tersebut maka penulis ingin mengkaji lebih dalam dan membahas lebih lanjut tentang pentingnya proses pengeringan yang sesuai dengan standarnya.
maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh ketidakstabilan Suhu terhadap output dan mutu kadar air mesin ECP 1 dan 4 di Pt Mitra Kerinci ”.
Hal ini tidak sesuai spesifikasi produk yang diinginkan sehingga produk teh yang dihasilkan akan terlalu kering dan apabila teh terlalu kering pada proses pengeringan selanjutnya akan berubah menjadi bubuk, sehingga menurunkan grade pekoe pada teh. Sedangkan pada mesin ECP 4 , pada percobaan 1 didapatkan nilai kadar air teh sebesar 43%. Hal ini melebihi batas atas standar yang ditetapkan yaitu 42%. Akibatnya pada produk yang dihasilkan akan lembab, hal ini juga menyebabkan pada saat proses pengeringan selanjutnya akan membutuhkan waktu ekstra untuk proses pengeringannya. Dimana waktu proses pengeringan akhir yang dilakukan selama 8-15 jam. Apabila membutuhkan waktu ekstra dalam proses pengeringan akhir akan menyebabkan produk teh berbau smoky dan sour.

Item Type: Other
Subjects: Kimia > Teknik Kimia Bahan Nabati
Divisions: Teknik Kimia Bahan Nabati
Depositing User: TKBN
Date Deposited: 09 Sep 2025 08:32
Last Modified: 09 Sep 2025 08:32
URI: https://repository.poltekatipdg.ac.id/id/eprint/55

Actions (login required)

View Item
View Item